KEADAAN UMUM
Suaka
Margasatwa Tanjung Peropa ditetapkan sebagai Kawasan Suaka Margastwa
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 393/Kpts-VII/1986 tanggal
23 Desember 1986. Sebelumnya telah ditunjuk dengan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 845/Kpts/Um/11/1980 tanggal 25 November 1980, dengan memperhatikan
Rekomendasi Gubernur KDH TK. I Sulawesi Tenggara Nomor : Pta.4/1/11 tanggal 16
Januari 1973 dan Surat Direktur Jenderal Kehutanan Nomor : 3689/DJ/I/1980
tanggal 25 Oktober 1980. Latar belakang penunjukannya adalah karena kelompok
hutan Tajung Peropa merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropika dengan
tipe vegetasi hutan non Dipterocarpaceae, hutan belukar, hutan pantai dan
hutan bakau yang merupakan habitat jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi.
Secara geografis kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa terletak antara 40 35’
– 430 57’ LS dan 1220 45 ’ – 1220 55’ BT. Kawasan Suaka
ini berbatasan dengan Teluk Kendari di sebelah Utara, di sebelah
Timur dengan Selat Wawonii, sebelah Selatan dengan selat Buton dan di sebelah
Barat dengan kecamatan Moramo.Luas kawasan ini adalah 38.937 Ha
Suaka
Margasatwa tanjung Peropa terletak pada ketinggian 0 – 900 m dpl dengan
topografi bervariasi dari datar, landai, berbukit dan bergunung, kemiringan
sampai dengan 45 %. Sedangkan jenis tanahnya adalah podzolik coklat terdapat
dibagian Selatan kawasan. Bongkahan-bongkahan batu dengan diameter 30 cm sampai
dengan 300 cm juga banyak dijumpai dikawasan ini terutama pada wilayah dekat
pantai. Menurut peta geologi Indonesia tahun 1965, kawasan hutan Suaka
margasatwa Tanjung Peropa memiliki formasi geologi terdiri dari batuan sedimen
meozoikum tak dibedakan dan skiss hablur. Terdapat beberapa sungai yang
berair sepanjang tahun, antara lain Sungai Ulusena, S. Roda, S. Meretumbo, S.
Laonti, S. Amolengo dan Sungai Namu serta air terjun Moramo yang
merupakan salah satu obyek wisata di Sulawesi Tenggara.
Kawasan suaka margasatwa Tanjung Peropa memiliki 4 tipe ekosistem yaitu hutan
primer, hutan sekunder, hutan transisi (hutan pantai) dan hutan payau
(mangrove).
POTENSI
WISATA
Suaka Marga
Satwa Tanjung Peropa seperti:
1. Mata Air
Molinese
Kegiatan yang
dapat dilakukan di tempat ini seperti menikmati panorama alam, menikmati
permandian dan sumber air bersih.
2. Ngarai
Bertingkat
Kegiatan yang dapat dilakukan di tempat ini seperti menikmati panorama alam,
menikmati permandian dan sumber air bersih.
3. Wisata
Gunung Lawio dan Air Terjun Wisata
Kegiatan yang dapat dilakukan di tempat ini seperti berpetualang menyusuri
kawasan, menikmati panorama alam dan menikmati permandian air terjun wisata.
4. Wisata
Bahari dan Wisata Pantai Tawa-Tawaro
Kegiatan yang
dapat dilakukan di tempat ini seperti menikmati panorama alam (pemandangan
pantai pasir putih), Menikmati permandian, Memancing
AKSESIBILTAS
KEKAWASAN
Suaka
Margasatwa Tanjung Peropa dapat dicapai melalui :
1.Kendari–TanjungPeropa(perkampungan/desa-desa
disekitar kawasan) dengan lama perjalanan menggunakan johnson (perahu motor)
adalah 3 – 5 jam.
2.Kendari-Moramo-Kolono(darat)yang
dapat ditempuh dalam waktu 3 – 3,5 jam.
FLORA
Jenis flora
yang ada diSuaka Marga SatwaTanjung Peropa
1.Gito-gito
(Diospyros pilosanthera)
2.Bayur
(Pterospermusa celebicum)
3.Sisio
(Cratoxylum formasum)
4.Eha
(Castanopsis buruana)
5.Pololi
(Quercus celebica)
6.Ponto
(Litsea firma)
7.Kayu besi
(Metrosideros petiolata)
8.Holea
(Clestantus sumatranus)
9.Tombeuwa
(Kjellbergiodendron celebicum)
10.Tawamokora
(Litsea sp)
11.Tongke
(Bruguiera gymnorrhiza)
12.Bakau
(Rhizophora apiculata)
13.Tangir
(Bruguiera caryophylloides)
14.Anggrek
(Grammatophylum scriptum Bl)
15.Anggrek
(Bulphyllum lepidum Bl)
16.Anggrek
(Dendrobium crumenatum Sw)
17.Anggrek
(Aerides odorata Lour)
18.Anggrek
Peropa (Vandopsis lissochiloides)
18.Rotan
(Calamus sp)
FAUNA
1. Anoa
dataran rendah (Bubalus depressicornis)
2. Anoa
pegunungan (Bubalus quarlessi)
3. Babi hutan
(Sus celebensis)
4. Rusa Timor
(Cervus timorensis)
5. Monyet
hitam Sulawesi (Macaca ochreata)
6. Bajing
(Callosciurus sp)
7. Kus kus
(Phalanger sp)
8. Elang
(Accipiter nanus/rhodogaster)
9. Burung Madu
sepah raja (Aethopyga siparaja)
10.Artamus
leucorhynchus
11.Bubut
sulawesi (Centropus celebensis)
12.Walet
(Collocalia esculenta)
13.Kepudang
sungu sulawesi (Coracino morio)
14.Cabai
panggul kuning (Dicaeum aureolimbatun)
15.Cabai
panggul kelabu (Dicaeum celebicum)
16.Merpati
(Ducula luctuosa)
17.Pergam
(Ducula rosaceae)
18.Ayam hutan
(Gallus gallus)
19.Raja Udang
(Halcyon malanorhyncha)
20.Elang
bandol (Haliastur indus)
21.Tepekong
jambul (Hemiprocne longipennis)
22.Kehicap
ranting (Hypothymis azurea puella)
23.Kapasan
sulawesi (Lalage leucopygialis)
24.Serindit
(Loriculus exilis)
25.Kabatiti
(Loriculus stigmatus)
26.Uncal ambon
(Macropygia amboinensis)
27.Pelatuk
besi (Mulleripicus fulvus)
28.Brg. Madu
sriganti (Nectarinia jugularis)
29.Kunggurio
(Oriolus chinensis)
30.Burung
hantu (Otus manadensis)
31.Kangkareng
sulawesi (Penelopides exarhatus)
32.Kring-kring
bukit (Prioniturus platurus)
33.Merpati
hutan (Ptinopusmelanospila)
34.Rangkong
Sulawesi (Rhyticeros cassidix)
35.Sallirallus
torquatus
36.Jarak
tunggir merah (Scissirostrum dubium)
37.Elang
(Spilornis rufipectus)
38.Blibong
pendeta (Streptoccita albicollis)
39.Nuri
Sulawesi (Tanygnathus sumatranus)
40.Planduk
Sulawesi (Trichastoma celebensis)
41.Kasturi
Sulawesi (Trychoglossus ornatus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar